Selasa, 30 April 2013
TAHUN BARU ISLAM DAN ETOS KERJA
Dalam
kalender masehi pergantian tahun baru itu dimulai tepat jam 12 malam, sementara
dalam kalender hijriah (kalender islam) pergantian tahun baru itu dimulai tepat
waktu maghrib. Karena memang dalam kalender islam menggunakan metode
penanggalan komariyah karena itu dimulainya waktu maghrib.
Kalender
hijriyah awalnya dimulai dari peristiwa penting dalam tonggak sejarah islam.
Yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Yatsrib yang dikenal
sekarang dengan Madinah tepatnya Madinatun Nabiy atau Madinatur Rasul.
Sedangkan orang yang pertama kali menetapkan peristiwa hijrah Nabi sebagai
permulaan kalender islam adalah bukan Nabi sendiri melainkan Umar bin Khattab
khalifah ke dua yang dikenal memiliki reputasi luar biasa ini.
Menjadi
pertanyaan besar (big question) mengapa permulaan hijrah dijadikan oleh
Umar sebagai permulaan tahun baru dalam kalender islam, tidak seperti kalender
masehi (kristen) yang menggunakan kelahiran Isa Al-Masih sebagai permulaan
tahun baru maasehi. Menjadi masuk akal, ketika umat kristiani menjadikan Isa
Al-Masih sebagai permulaan kalender masehi, karena dalam tradisi umat manusia,
menghormati orang yang sangat berpengaruh salah satunya adalah dengan cara
menjadikan hari kelahirannya sebagai permulaan perhitungan tahun atau kalender.
Tetapi oleh Umar ide hari kelahiran Nabi Muhammad tidak dijadikan awal
perhitungan tahun/kalender karena menurutnya, ketika Muhammad ibn Abdullah
lahir, beliau belum menjadi nabi, dia hanyalah manusia biasa. Beliau menjadi
nabi atau rasul sejak usia 40 tahun, dan pada waktu menjadi rasul pun beliau
tidak sekaligus menciptakan prestasi, melainkan memerlukan waktu yang sangat
sulit dan lama selama -+13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah.
Masa
sulit perjuangan dan dakwah beliau terekam sangat jelas di dalam al-Qur’an
surat Ad-Dhuha (93) ayat 1-11. Surat ini turun di Mekah, artinya sebelum nabi
hijrah: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah
sunyi (gelap). Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu[1]. Dan
Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan)[2].
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu
menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia
melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung[3],
lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Sebab itu, terhadap anak yatim
janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta,
janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu
siarkan."
Kata
“Walaasaufa yu’tika rabbuka fatarda” (Dan Tuhan kelak memberimu apa yang
menyenangkanmu). Banyak ahli tafsir mengatakan bahwa itulah
kemenangan-kemenangan yang realisasinya terjadi setelah Hijrah, dan memang
kemudian Nabi Muhammad saw wafat pada tahun hijrah sebagai Nabi yang paling
sukses dalam sejarah umat manusia.
Sekarang mari kita bandingkan
prestasi Nabi Musa dengan Nabi Muhammad. Setelah Nabi Musa membawa kaumnya dari
Mesir ke Palestina, Bani Israel harus menunggu ratusan tahun untuk bisa
mengetahui sepenuhnya tanah Palestina itu melalui tangan Nabi Daud. Dan
kemudian hari Daud inilah yang merebut
Yerusalem, yang kemudian di atas bukitnya didirikan Baitul Maqdis atau Masjid
al-Aqsha oleh anaknya yaitu Nabi Sulaiman, yang mulai dibangun tahun 966 SM,
atau 480 tahun setelah keluar dari Mesir.
Nabi Muhammad ketika wafat, hampir
seluruh daerah Jazirah Arabia telah takluk di bawah Nabi. Apalagi kalau
diteruskan ke masa para sahabat Nabi, sampai pada Umar bin Khattab menjadi
Khalifah, seluruh Jazirah Arabia hingga daerah-daerah yang meliputi pusat
peradaban manusia telah menjadi daerah taklukkan kaum muslimin. Daerah-daerah
pusat peradaban itu dalam istilah Yunani-nya disebut Oikoumene (daerah
yang berperadaban, al-da’iratul ma’murah) yaitu Syiria, Mesir, dan
Persi, kemudian meluas sampai ke Atlantik, dan ke sebelah Timur sampai ke Gurun
Gobi. Bayangkan saja, persi waktu itu menjadi salah-satu dari super-power
dunia, selain Byzantium. Keberhasilan Umar merebutnya merupakan kelanjutan
sukses dari Nabi Muhammad pasca Hijrah tersebut.
Oleh karena itu, titik balik dari
perjalanan perjuangan Rasuullah saw tidak bisa lain adalah peristiwa Hijrah.
Kalau kemudian Umar menetapkan Hijrah sebagai permulaan perhitungan kalender
Islam, bisa ditafsirkan bahwa Umar lebih mementingkan prestasi daripada prestise.
Dalam jargon sosiologi modern, Islam adalah agama yang mengajarkan achievement
orientation atau orientasi hasil kerja, dan bukan prestige orientation
atau orientasi prestise, seperti anak siapa, datang dari mana, berbahasa
apa, warna kulitnya apa, dan lain sebagainya.
[1] Ketika turunnya
wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. terhenti untuk Sementara waktu, orang-orang
musyrik berkata: "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci
kepadaNya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang
musyrik itu.
[2]
Dan bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai
kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan.
ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat
beserta segala kesenangannya dan pula dengan arti kehidupan dunia.
[3]
Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk
mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan
wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk memimpin ummat menuju
keselamatan dunia dan akhirat.